Peluang budidaya alpukat Miki dengan model kemitraan

Alpukat Miki semakin menampakkan pamor sebagai buah unggulan nasional. Faktanya, alpukat Miki sangat disukai masyarakat. Tingkat kepuasan konsumen mencapai 90 persen. entu saja ini adalah kabar yang sangat menggembirakan.
Baca juga: Analisis Modal Usaha Budidaya Alpukat Miki Di Lahan Seluas 5000 M

alpukat-miki
punya uang belum tentu dapat Miki, antrinya minta ampun - Durian Traveler


Di balik itu semua, bagi anda yang jeli melihat peluang, inilah saatnya anda akan melakukan pengkajian mendalam berkenaan dengan peluang untuk terjun ke dalam bisnisnya.

Sebelumnya marilah kita simak fakta-fakta mengenai alpukat Miki

  1. Genjah
  2. Tumbuh baik di dataran rendah
  3. Dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi seperti di Ciwidey
  4. Alpukat Miki tanpa ulat
  5. Hasil panen tidak mampu memenuhi permintaan konsumen
  6. Masih sedikit yang mengebunkan alpukat Miki dalam skala besar

Peluang melakukan kemitraan

Bagian ini adalah bagian yang panjang untuk fakta yang nomor enam di atas. Faktanya belum banyak yang mengebunkan alpukat Miki secara intensif. Ini adalah peluang yang bagus. Kesempatan untuk anda masuk ke dalam bisnis ini sangat terbuka.

Salah satu model yang bisa anda kerjakan adalah dengan melakukan kemitraan. Berikut ini beberapa hal penting berkaitan dengan kemitraan budidaya agribisnis alpukat Miki.


Pertama 


Kemitraan ini akan dilaksanakan secara kerjasama, misalnya dengan seluruh petani di Cianjur Selatan yang dekat pantai. Langkah ini perlu strategi yang pas, tentu saja menjadi pertanyaan besar bila nantinya harus menjawab persoalan-persoalan berkaitan dengan pendanaan, pola kemitraan, konsekuensi perjanjian, pemanfaatan hasil, dan seterusnya.

Beberapa hal mengenai kerja sama atau kemitraan ini antara lain:
1. Model atau klausul kerjasamanya (saprodi ditanggung penuh, hasil panen diambil semua). Ada collateral ngga di dalam klausul sbg jaminan karena adanya kredit saprodi2. Diberi bibit saja, hasil panen diambil semua3. Tidak diberi apapun, sekedar persuasif agar petani mau menanam dengan jaminan semua hasil panen diambil
Saya ingin membantu secara kalkulasi ringan, jika per musim (anggap saja ada 2 musim) dalam setahun dan per musim panen 50 kg/pokok, maka dalam setahun ada 33 ton buah alpokat cipedak yang tersedia. 

Tentu saja sebelum melakukan kemitraan kita harus melakukan survey pendahuluan untuk market agar bisa menyerap habis semua hasil panen 33 ton alpukat Miki cipedak ?


Kedua 


Dalam rencana kemitraan anda bisa melakukan dengan beberapa pilihan sesuai kesepakatan hukum di depan notaris. Contohnya:
  • Merikan bibit + edukasi
  • Untuk saprodi, petani yang mennanggung sampai panen
  • Hasil panen saya tampung dengan harga kesepakatan di MoU
  • Buah di ekspor klo udah banjir buahnya
  • Next, petani saya bina buat bibit, karna banyak entres nya di Depok, petani yg menyediakan sedling
  • dan seterusnya

Ketiga 


Yang menarik adalah adanya MoU, apakah hal tersebut dilegalkan secara hukum dengan dibuatkan akta perjanjian di depan notaris sehingga punya konsekuensi hukum yang kuat? Atau sekedar MoU di bawah tangan yang implikasi hukumnya anda pasti tau sendiri, yang jika salah satu pihak tidak menepati janji misalnya.

Saya sebenarnya tidak tertarik bicara teknis, tapi lebih concern dgn alasan-alasan logis sehingga pada akhirnya audience yang baca postingan ini bersemangat membantu

MoU nya di buat akta perjanjian di depan notaris.
Bukan atas nama pribadi, tapi atas nama Perusahaan dibangun.

Lebih baik karena punya konsekuensi hukum yang kuat kemitraan ini dijalankan. Topik berikutnya adalah "average farm size" petani di Cianjur selatan mesti dikerucutkan kembali menjadi jumlah yang realistis dapat dipahami sesuai dengan analisa budidaya alpukat Miki yang mesti menghasilkan untung bukan hanya menyajikan peluang. MoU ini harus digodog dengan sempurna karena itu salah satu problem yang paling menonjol terjadi di lapangan.

Inilah kutipan dari seorang petani dan pebisnis alpukat mengenai pola kemitraan:
ya maaf aja masbro kita sdh 30 thn an jualan buah lokal dan sampai saat ini boleh dikata pasar tujuan hsl panen alpkt ke Jakarta. Bhkn alpkt dr Sulawesi dan NTT ( ga th nemar tdk sumber asalnya ) yg hrs dikirim.pesawat tetap dipasarkan ke Jakarta walau biaya ongkis pesawat sangat mahal. Kmdian alpkt2 Sumatra jg dikirkm ke Jakarta.Tp itu juga dgn catatan alpkt di daerah Jawa lagi kosong. Nah secara logika kita hrsnya bs berpikir apakah alpkt didaerah sana kebunnya sangat luas sehingga pasar lokal mereka tdk sanggup menerima hasil produksinya jd harus dikirim ke Jakarta dgn harga yg lbh baik tentunya. Atau didaerah sana alpkt kurang diminati dan hrgnya murah jd bisa dikirim ke Jakarta. Nah bagaimana jika ditmbh lagi nnt hasil panen dr 33 jt bbit ?


dengan demikian, makanya Saya lebih suka berbicara untuk menyiapkan hilirnya (off farm) agar semua hasil panen yang diasumsikan 3,3 milyar kg bisa terserap dgn baik, dibanding bicara soal hulu (on farm) yang sebenarnya juga tidak mudah. Project yang ngga main-main nih. Harus disupport penuh agar accomplished dgn baik

Semua harus dirancang dengan baik termasuk produk turunan akan saya buat seperti Susu Alpukat, EsKrim Alpukat, Bubuk Alpukat, Lulur alpukat, buat kosmetik, dll

Untuk hal yang paling penting siapkan pasarnya terlebih dahulu dgn baik, didukung dengan data dan angka yang memadai. Semua bentuk atau segmen bisa dijadikan pasar, termasuk industri pengolahan berbasis buah alpokat dan produk turunannya, baik skala rumah tangga maupun pabrikasi. Bila analisis sudah bagus maka para investor pasti tertarik jika platform bisnisnya jelas

Planning di atas perlu dijabarkan dengan jelas berikut dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk mewujudkannya. Misalnya Planing membuat Tabulampot dan Green House, Agrowisata, metik sendiri. Kemudian Ilmu dan Ahli sudah ada, Dana pun harus ada atau mencari investor.

Demikian besarnya Peluang budidaya alpukat Miki dengan model kemitraan dan beberapa hal menarik yang berkaitan dengannya.
LihatTutupKomentar